Selasa, 15 Januari 2008

Reggae Nggak Harus Rasta



Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta. Padahal, reggae dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. "Reggae adalah nama genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah sebuah pilihan jalan hidup, way of life," ujar Ras Muhamad (23), pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York dan penganut ajaran filosofi rasta.


Repotnya, di balik ingar-bingar dan kegembiraan yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik tersebut. Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu sendiri. "Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah disebut rastafarian, diidentikan dengan pengisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa tujuan," ungkap Ras yag bernama asli Muhamad Egar ini. Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas. Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging, dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers (band asli Bob Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari," papar Ras. Ia mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob Marley (pembawa genre musik tersebut ke dunia) adalah seorang penganut rasta. Mungkin komunitas reggae di Indonesia sebagian besar belum memahami ajaran rastafari dan hal-hal mendasar dari filosofi itu.


Namun, meski tidak memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapat sesuatu di balik musik yang mereka cintai itu. Biasanya dimulai dari menyenangi musik reggae (dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.


Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang mengaku musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih bersebat daripadai "berdamai". "Masalahnya bukan karena uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil," tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja.


Sementara Steven mengaku dirinya menjadi lebih bijak dalam memandang hidup sejak menggeluti musik reggae. Musik reggae, terutama yang dipopulerkan Bob Marley, menurut Steven, mengajarkan perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. "Jadi kami memberontak terhadap ketidakadilan, tetapi tidak antikemapanan. Kalau reggae tumbuh, maka di Indonesia tidak akan ada perang. Indonesia akan tersenyum dengan reggae," ujar Steven mantap.




Majalah Gita Mania Akustik Vol 33, Thn III

10 komentar:

Adventurous mengatakan...

piss ah...

Adventurous mengatakan...

Rastafaria = straight edge

"Straight edge adalah sebuah gerakan yang menolak kegiatan seperti merokok, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman beralkohol, dan seks bebas. Mereka yang menganut paham ini, enggak pernah melakukan aktivitas seperti itu. Hmm, secara sederhana aja, kita bisa ngelihat kalau straight edge ini nguntungin kesehatan. Ya, kan?

Lalu, apa lagi sih yang bisa kita tarik dari gerakan ini? “Straight edge ini bisa dibilang sebagai sempalan dari filosofi positif anak-anak punk, perlawanan mereka terhadap hal yang tidak mereka sukai seperti kekerasan” ujar Dr. Selly Riawanti, dosen Antropologi Universitas Padjadjaran. So, kalau gitu straight edge bisa juga diartikan sebagai gaya hidup, komitmen pribadi, filosofi, sampai ke subkultur musik hardcore punk.

Ya, hardcore punk, musik yang identik dengan pogo! Bukan tanpa alasan kenapa aliran musik ini memegang peranan penting movement straight edge ini. Band Minor Threat (selengkapnya baca box --red.) adalah yang memelopori gerakan straight edge ini. Tahun 1981, sang vokalis Ian MacKaye merasa jenuh dengan gaya hidup brutal anak punk, yang akhirnya menjadikan stereotipe anak punk sebagai berandalan yang hobi menghancurkan diri sendiri. “Waktu itu kan scene punk identik dengan self destruction,” ujar Noor Al-Kautsar a.k.a Ucay Rocket Rockers. “Ini adalah pemberontakan Ian MacKaye pas lihat banyak anak punk yang rusuh dan nge-drugs,” tambah Roma Maleakhi, vokalis Sherasupersweet.

Ian MacKaye lantas menciptakan sebuah lagu berjudul Straight Edge. Sebuah lagu dengan lirik straight to the point. Simak, nih:

Bagian terakhir tadi diulang terus-terusan, sampai akhirnya beberapa orang yang merasakan hal yang sama menjadikan straight edge ini sebagai pemberontakan positif mereka dan sempat menjadi trend. “Sesuatu yang dilabelkan itu kan pasti akan dianggap lebih keren, anak muda kan lebih tertarik dengan sesuatu yang keren-keren, daripada denger orang ceramah. Ya, kan?” urai Ucay pada belia.

Tapi Ucay sendiri mengaku menjadi straight edge sejak 1998 bukan karena label keren or what so ever. “Dulu di sekolah gua, banyak banget junkie dan temen-temen gua satu per satu meninggal. Waktu itu, gua mikir, kalau bukan gua yang melakukan perubahan, siapa lagi?” tambah Ucay.

Alasan lain diungkapkan oleh Roma yang bilang kalau dari dulu dia emang enggak suka dengan rokok apalagi minuman beralkohol. “Udah dari kelas 2 SMA sih, tapi waktu itu belum tahu banyak soal straight edge, jadi belum berani bilang kalau saya straight edge. Pas nongkrong di Riotic, saya dapet banyak info soal straight edge, baru saya berani bilang kalau saya adalah straight edge!” urainya panjang lebar. Roma juga menambahkan kalau pogo dan menikmati musik itu bisa kok dalam keadaan sadar. Setuju!

Lain lagi dengan Sar*, vokalis DEADMAYA, yang enggan mengakui bahwa dia adalah seorang straight edge. “Saya enggak suka memanggil diri saya seorang straight edge, karena banyak anak Jakarta yang ngaku-ngaku seperti itu tapi merokok dan minum juga,” tegas pengagum Jonathan Davis ini (dikutip dari majalah Encore #3 --red.).

Efek jadi penganut straight edge kayak gimana sih? Well, Roma dan Ucay setuju kalau badan mereka jadi lebih sehat. “Paling setahun sekali sakitnya, itu pun hanya flu, hehehe. Pikiran juga lebih jernih,” ucap Ucay.

By the way, gerakan straight edge identik juga dengan tanda “x” hitam di punggung tangan sebelah kiri dan kanan. Awalnya sih, tanda “x” ini dipakai sebagai tanda agar anak-anak punk yang masih di bawah umur biar enggak bisa beli minuman keras. Kalau ditelusuri, simbol ini diambil dari album The Teen Idles.

Ucay sendiri sering menggambar tanda “x” itu di tangannya saat manggung bersama bandnya. Penonton yang melihat pun memerhatikan dan mereka bertanya kepada Ucay. “Sebagian ada juga yang tertarik, yah sedikit edukasi lah soal straight edge,” kata Ucay sembari bilang kalau ini adalah kampanye pribadi bukan atas nama Rocket Rockers.

Hmm, emang agak berat ya enggak merokok atau minum alkohol di lingkungan yang nampaknya identik dengan dua hal tadi? “Dulu waktu masih di Serang, mungkin saya sering ngerasa sendiri. Tapi, dasarnya emang enggak suka sih,” kata Roma. Jangan salah, lho … toleransi di lingkungan kayak gini justru tinggi banget. Bukan sekali dua kali, Ucay dan Roma ditawari minum bir oleh band lain dan mereka menolak. “Mereka kaget tapi habis itu minta maaf. Santai sih,” ujar Roma. Anggota band lain yang kebetulan enggak menjalankan straight edge juga santai-santai aja tuh. Asyik, kan?

Intinya sih, Belia bisa mendapatkan respek dari siapa pun tanpa harus maksain diri merokok, minum minuman keras, nge-drugs juga free seks. Jelas-jelas semua kegiatan tadi, apalagi kalau rasa tanggung jawab masih kurang, bisa ngerugiin Belia. Respect bisa kalian dapatkan dengan menjadikan diri kalian yang terbaik. As simple as that."

hujan mengatakan...

bob marley nggak ngerokok??

bukti nya di poster bob marley dia lagi ngerokok...

rahmi mengatakan...

tapi banyak juga dari orang2 dgn genre musik reggae mengaku mereka rasta, sementara gaya hidup or perilaku mereka tidak sesuai dg filosofi rasta...

Adventurous mengatakan...

eh sebenarnya komunitas rasta lebih identik dengan orang yg sering ngisep Marijuana!!!
Bob Marley adalah icon rasta, Dia seorang pengisep Ganja sejati...
Liat aja perkebunan ganjanya nan hijau tumbuh subur

Viva la RockRoll

Adventurous mengatakan...

Yang penting jiwanya Bro.
Segala sesuatu tidak bisa dinialai dri penampilan!
Sikap dan attitude lah yang berkuasa!

orang iseng mengatakan...

masih dalam pertanyaan besar.
benar nggak sih bob marley itu rastafari???

kalau seorang rasta aja, mempunyai filosofi yang mana mereka tidak merokok, sedangkan bob marley aja penghisap ganja sejati.
mang ada cara lain ngisap ganja ya!? jadi nggak perlu melanggar filosofi mereka, ngerokok.

Adventurous mengatakan...

this is Song Of Freedom

fiona mengatakan...

orang2 rastafari itu bukannya diidentik dengan pengisap ganja??
kok malah dalam filosofi mereka beda.
apa ada hubungannya dengan negara asal rasta ini? yang sering ngisap ganja??

Unknown mengatakan...

gw penikmat musik reggae ny az, tp mariyuana nya ga'....
yoo.. man..!!