Rabu, 12 Maret 2008

Today is the 13th of March 2007, 11:21....

Udah lama nih gak nge posting ke blog ini... so for college purpose looks like I'm opening the page again...

Not only that.... rencananya mau nambah content film juga...
oh and Bapak dosen Kewirausahaan(LOL... sorry no offense i forgot your name i'll edit it later after i look up your name) welcome to my Blog...

Sabtu, 19 Januari 2008

Radiohead - In Rainbows

Yup, kembali dengan album ketujuh mereka setelah 4 tahun penantian, album In Rainbows akhirnya dikeluarkan. Di release dengan dua cara, secara digital download dan secara komersil. Berisikan 10 track dengan single "Jigsaw Falling into Place". Berisikan 10 track lagu dan album ini merupakan gabungan elemen instrument dan electronic saound yang apik. Karena album ini adalah album pertama mereka setelah selesai kontrak dengan sebuah record company, maka materi yang ada di album ini merupakan gambaran dari kebebasan eksplorasi dari masing-masing personelnya. Banyak yang membandingkan album baru mereka ini dengan album mereka sebelumnya yang berjudul Ok Computer.




Xtra news, edition 15, 2007

MUSIK UNDERGROUND SEBAGAI MEDIA PEMBANGKANGAN KAUM MUDA



Musik adalah seni, bila orang awam yang menilainya. Kadang ada juga yang berpikir tanpa melihat atau peduli jenis musik apa yang akan dimainkan atau apa konsep musiknya. Tapi buat orang-orang yang menamakan dirinya atau sering disebut dengan komunitas underground, arti musik buat mereka tidak hanya sebatas itu. Memang mereka juga menganggap musik sebagai sebuah karya seni, tapi selain itu mereka juga menjadikan musik yang mereka mainkan sebagai alat untuk menyampaikan protes, kritik, kemarahan, dan kemuakan mereka terhadap peraturan-peraturan yang ada, termasuk sistem dan norma-norma yang ada di keluarga, masyarakat, agama, dan pemerintah. Mereka mengemas semua itu dengan musik yang kencang, berisik, dan berat dipadu dengan lirik yang kritis.
Sampai saat ini, belum ada defenisi yang kompak tentang apa itu underground. Karena tiap undergrounders (sebutan untuk musisi, penggemar, atau orang-orang yang peduli dengan underground) pasti punya jawaban masing-masing yang berbeda tentang underground. Musik underground itu lahir karena rasa jenuh dengan tren musik yang cengeng dan hampir semuanya membahas soal cinta. Akhirnya muncullah anak-anak muda yang benar-benar tidak peduli musik mereka laku atau tidak, disukai orang banyak atau tidak, yang penting mereka bisa menyalurkan aspirasi mereka melalui musik yang keras itu.
Tidak jelas kapan tepatnya musik underground lahir di Indonesia. Tapi yang pasti, musik underground d Indonesia muncul sebagai imbas dari tren musik Trash Metal di akhir tahun 80-an. Pada waktu itu "demam" Trash Metal sedang melanda remaja-remaja di dunia, yang dimotori oleh band-band cadas, seperti : METALLICA dan SEPULTURA. Dan akhirnya "demam" itupun sampai juga di Indonesia pada tahun 1987, yang jadi awal perkembangan metal di Indonesia, dan ditandai juga dengan munculna band-band metal lokal, seperti : ROTOR, SUCKERHEAD, ROXX, dsb. Tapi yang namanya tren, pastilah ada pasang surutnya. Hingga kemudian tren musik Trash Metal pun meredup dan hampir tak terdengar lagi.
Lalu di awal tahun 90-an, dunia musik Indonesia dihentakkan lagi dengan fenomena banyaknya bermunculan band-band cadas di kota-kota besar, seperti : Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, dsb. Dan mereka sepakat menyebut komunitas band dan musik mereka sebagai Underground, dengan jakarta dan Bandung sebagai basis terbesar komunitas underground pada masa itu. Komunitas yang didominasi oleh anak-anak muda penuh energi pemberontakan dan pembangkangan terhadap sistem dna norma-norma yang ada di masyarakat, dimana musik menjadi media penyaluran aspirasi mereka dan lirik sebagai senjatanya. Dalam sejarah kelahirannya, underground merupakan sebuah sikap yang berpihak terhadap perjuangan kaum tertindas dan anti kemapanan. Underground menyiratkan perlawanan dan muncul sebagai bentuk rasa ketidakpuasan terhadap tatanan sistem yang ada. Ketidakadilan, penindasan, dan kesewenangan merupakan sebagian kecil dari kebobrokan sistem yang kemudian melahirkan ide-ide dan ekspresi menyatu sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem yang ada saat ini.
Salah satu contoh band underground yang selalu menyuarakan pemberontakan dari awal berdirinya sampai sekarang adalah FORGOTTEN, yang berasal dari Ujung Berung - Bandung. Yang selalu mengundang kontradiksi bagi semua pihak dari lirik dan musiknya yang selalu mengundang adrenalin. Kemudian ada lagi HOMICIDE, band underground hip-hop yang selalu berorasi setiap kali manggung dan tidak jarang personil-personilnya ikut berdemonstrasi turun ke jalan, sebagai realisasi dari lirik-lirik protes mereka kepada pemerintah. Belum lagi nama-nama seperti KEPARAT, BALCONY, SERINGAI, BURGERKILL, KOMUNAL, dsb. Meski berbeda aliran musiknya, tapi intinya mereka tetap memainkan musik yang keras, dibalut dengan lirik-lirik yang kritis dan cerdas.
Itulah sedikit cerita tentang kaum underground yang berawal dari pembangkangan tapi lambat laun mereka mulai menuai sukses. Walaupun tren musik berganti dari tahun ke tahun, tapi underground tidak akan pernah mati, karena selama masih ada pemberontakan dalam diri anak muda, maka selama itu jugalah underground akan terus hidup.


http://www.paniangwak.blogspot.com/
123qta@gmail.com

Selasa, 15 Januari 2008

Vanilla Sky, Playsetan Umbrella - Rihanna


VS
Ternyata bukan Indonesia saja yang suka "memplaysetankan" karya orang lain, di luar negeri pun terjadi hal yang demikian. Liat saja Blink 182 yang melecehkan Backstreet Boy di videoklip nya, dan sekarang Vanilla Sky juga "memplaysetankan" videoklip Rihanna yang bertajuk Umbrella.

Reggae Nggak Harus Rasta



Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta. Padahal, reggae dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. "Reggae adalah nama genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah sebuah pilihan jalan hidup, way of life," ujar Ras Muhamad (23), pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York dan penganut ajaran filosofi rasta.


Repotnya, di balik ingar-bingar dan kegembiraan yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik tersebut. Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu sendiri. "Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah disebut rastafarian, diidentikan dengan pengisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa tujuan," ungkap Ras yag bernama asli Muhamad Egar ini. Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas. Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging, dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers (band asli Bob Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari," papar Ras. Ia mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob Marley (pembawa genre musik tersebut ke dunia) adalah seorang penganut rasta. Mungkin komunitas reggae di Indonesia sebagian besar belum memahami ajaran rastafari dan hal-hal mendasar dari filosofi itu.


Namun, meski tidak memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapat sesuatu di balik musik yang mereka cintai itu. Biasanya dimulai dari menyenangi musik reggae (dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.


Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang mengaku musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih bersebat daripadai "berdamai". "Masalahnya bukan karena uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil," tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja.


Sementara Steven mengaku dirinya menjadi lebih bijak dalam memandang hidup sejak menggeluti musik reggae. Musik reggae, terutama yang dipopulerkan Bob Marley, menurut Steven, mengajarkan perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. "Jadi kami memberontak terhadap ketidakadilan, tetapi tidak antikemapanan. Kalau reggae tumbuh, maka di Indonesia tidak akan ada perang. Indonesia akan tersenyum dengan reggae," ujar Steven mantap.




Majalah Gita Mania Akustik Vol 33, Thn III

Selasa, 08 Januari 2008

Potong Bebek Angsa VS Kucing Garong

Anak adalah milik zamannya...
Sepertinya ungkapan ini menjadi benar adanya...
Kalau kita lihat anak-anak zaman sekarang sudah tidak banyak yang tau, apalagi hafal lagu-lagu anak...
Ketika bermain, mereka mungkin tidak pernah menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa atau lagu anak yang lain...
Barangkali juga mereka lebih hafal lagu Kucing Garong, yang belakangan sering terdengar di banyak tempat...
Padahal entah apa maksud lagu itupun, tidak begitu jelas...
Apa penyebabnya???
Ntahlah...
Ntah kemana hilangnya para pencipta lagu anak... Hingga telinga adik-adik kita sekarang lebih akrab mendengar musik dari lagu-lagu orang dewasa...
Cinta, patah hati, selingkuh, etc...
Padahal mereka pun mungkin tak paham apa makna itu semua...
Tak hanya itu, tayangan-tayangan di televisi pun turut ambil peran dalam hal ini...
Mereka terpaksa harus menjadi dewasa sebelum waktunya...
Tidakkah kalian juga berpikir seperti itu???

http://www.paniangwak.blogspot.com/
123qta@gmail.com

Sambil Menyelam Mendengarkan Musik

Sambil menyelam minum air. Mungkin ungkapan yang biasa di dengar. Lain lagi bila peribahasa itu diganti menjadi "sambil menyelam mendengar musik".
Ini benar-benar kenyataan, karena kini para penggemar musik yang punya hobi berenang atau menyelam dapat melakukan kedua aktivitas itu secara bersamaan. Mereka dapat berenang atau melakukan skin diving sambil tetap mendengar lagu dari penyanyai kesayangannya, melalui pemutar MP3.
Pemutar MP3 bawah air dibuat oleh perusahaan spesialis peralatan renang Finis Inc. dan diberi nama SwiMP3 (berasal dari kata "swim"). Tak seperti aksesori H20 Audio, yang hanya menyediakan kotak tahan air untuk pemutar iPod atau iRiver, SwiMP3 memang benar-benar pemutar MP3 yang didesain tahan air hingga kedalaman 3 meter.
Pemutar ini menggunakan teknologi konduksi tulang, yang juga diterapkan pada alat bantu pendengaran. Artinya, tulang manusia digunakan sebagai media untuk menyampaikan gelombang suara. Suara yang dihasilkan disalurkan melalui alat pendengar yang ditempelkan pada tulang pipi di dekat telinga. Kemudian suara tersebut akan langsung merambat ke telinga bagian dalam.
Pemutar ini terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah alat pengontrol musik, yang dipasang di belakang kepala dan yang kedua adalah alat pendengar yang dipasang di tulang pipi. Keduanya melekat pada goggle (kacamata renang).
Alat pengontrol terdiri atas tiga tombol, yaitu On/Off di bagian tengah, Next/Vol+ di bagian kiri, dan Prev/Vol- di bagian kanan. Next ditekan untuk memainkan lagu berikutnya, sedangkan Prev berfungsi untuk memutar lagu sebelumnya. Sementara itu, Vol+ harus ditekan agak lama untuk membesarkan suara. Begitu pula Vol- untuk mengecilkan suara.
Bila tombol On/Off ditekan lebih lama, pemutar akan menyalakan atau mematikan fitur bass boost untuk mendapatkan efek bas yang lebih berat. Tombol-tombol tersebut cukup menonjol dan mudah dibedakan untuk dicapai dengan tangan meskipun tak terlihat dan berada di belakang kepala.
Namun produk ini juga memiliki kekurangan, seperti kapasitas datanya yang terbatas. SwiMP3 hanya menyediakan dua pilihan, yaitu pemutar 128 MB dan 256 MB. Dengan kapasitas tersebut, pemutar ini paling banyak hanya mampu menyimpan 64 lagu (dengan asumsi setiap lagu berukuran 4 MB). Pemutar tahan air lain, Oregon Scientific MP120, memiliki kapasitas dua kali lebih besar.
Finis mengaku belum dapat menambah kapasitasnya karena khawatir justru akan membuat pemutar ini menjadi berat dan tidak portabel, mengingat penambahan volume yang terjadi akibat sistem isolasi tahan air. Selain itu, pemutar ini hanya dapat memainkan lagu berformat MP3.
Berarti, bila pengguna ingin mendengarkan lagu-lagu berformat AAC atau WMA, mereka harus mengkonversinya terlebih dulu melalui komputer (baik yang bersistem Windows maupun Mac OS). Baterai yang bisa dicas ulang pemutar ini hanya dapat bertahan selama empat jam.
SwiMP3 masih unggul ketimbang Oregon Scientific MP120. Kendati mengklaim dapat bertahan hingga sepuluh jam, Oregon hanya dapat digunakan hingga kedalaman satu meter saja. Oregon MP120 dijual seharga USS 140 (Rp 1,28 juta), sedangkan Finis membanderol SwiMP3 senilai US$ 190 (Rp 1,73 juta).



http://www.paniangwak.blogspot.com/
123qta@gmail.com