Rabu, 19 Desember 2007

Jason Becker, Dewa Gitar itu Lumpuh...



Jason Becker adalah seorang anak ajaib yang mampu menguasai permainan gitar dengan sangat baik dalam waktu yang pendek (4 tahun) dan pada umur yang muda sekali, 16 tahun (1987). Jika kita mendengar hasil karya besar Jason, kita akan merasakan seolah-olah Mozart dan Bach hidup kembali dengan usia muda tersebut. Jason dapat dengan mudah menciptakan komposisi klasik yang sangat rumit (lebih rumit dari karya Yngwie atau gitaris lainnya) dan memainkannya dengan sangat cepat dan bersih baik electric guitar maupun gitar bolong. Dari sekian bayak gitaris shredder, Jason Becker-lah yang terbaik dalam komposisi klasiknya.

Sayang sekali Tuhan tidak mengizinkan Jason bermain gitar lebih lama lagi, Jason harus kehilangan seluruh kemampuannya pada usia 19 tahun (1990) berhubung terjangkit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis atau Lou Gehring) yang menyebabkan Jason lumpuh total. Organ tubuh Jason mati tahun demi tahun, sampai kini Jason hanya sanggup menggerakkan matanya. Padahal beberapa tahun sebelumnya Jason masih mampu menggerakkan jari kirinya dan menulis lagu melalui komputer dan menghasilkan album “Perspective”
Rencananya Jason akan menulis lagu lagi dengan menggunakan teknologi komputer Macintosh, dimana Jason dapat menggerakkan mouse computer dengan gerakan matanya. Mungkin inilah sejarahnya di mana seorang gitaris dapat menulis lagu dengan gerakan matanya. Dapat kita bayangkan betapa tingginya semangat Jason dalam menulis karya musiknya!

Walaupun pada albumnya yang berjudul “Perspective” Jason hanya menulis dengan pikiran bukan berarti hasil karyanya tidak berkualitas lagi. Simak sendiri karya Jason yang sangat rumit di album ini dengan judul “Serenna” dan “End Of The Beginning”. Setiap lagunya mencerminkan semangat Jason Becker untuk hidup/ sembuh kembali. Dengan tegas Jason menuliskan di cover album keduanya “Perspective”, bahwa penyakit ALS hanya melumpuhkan organ tubuh dan suaranya saja tetapi tidak dapat melumpuhkan pikiran dan musiknya.
Majalah Gitar Mania Akustik

Java Jazz Festival 2008 Kembali Digelar

Setelah sukses dengan Java Jazz 2007 kemaren, untuk keempat kalinya Java Jazz Festival (JJF) kembali digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta pada 7 hingga 9 Maret 2008.
Bagi penyuka music Jazz sekarang saatnya bagi kamu untuk dimanjakan oleh musisi Jazz local maupun Internasional setaraf John Legend, Ehmm… Keren nggak tuh??
Ups… ada lagi, selain John Legend, kamu juga akan dihibur oleh beberapa musisi lain seperti Erykah Badu, Bobby Caldwell, Matt Bianco, Swing Out Sister, Renee Oldstead, The Manhattan Transfer dan sebagainya.
Makanya siapin diri sekarang dan nabung (khusus untuk mahasiswa miskin kayak saya) untuk membeli tiket special Show yang kemungkinan seharga Rp. 800.000,- (Wah jatah jajan sebulan nih).

Angklung : 40 Days In Europe

Sudah baca buku 40 Days In Europe belom?
Buku ini mengisahkan tentang perjalanan 35 musisi asal Indonesia yang tergabung dalam kelompok angklung SMA 3 Bandung atau dikenal dengan KPA 3 dalam melakukan Expand The Sound Of Angklung yang sejatinya merupakan suatu bentuk diplomasi budaya yang sangat efektif dalam memperkenalkan Indonesia dan angklung sebagai salah satu bentuk seni budaya tradisonal.
Ternyata angklung yang merupakan alat musik tradisional Jawa Barat mendapat tempat yang baik di hati masyarakat luar negeri. Ini dilihat dari perjalanan KPA 3 saat membawakan musik-musik tradisional Indonesia yang mendapat sambutan sangat meriah dari masyarakat di negara-negara yang mereka kunjungi.
Berbagai penghargaan dan pujian mereka raih saat mengikuti festival serta konser yang mereka gelar di beberapa negara di Eropa. Sebagai bangsa Indonesia harusnya kita bangga dengan kebudayaan asli Indonesia yang lebih dihargai di luar negeri.

Musik di Indonesia Mulai Variatif

Bicara soal musik memang nggak aka ada habisnya. Mulai dari Pop, Rock, Dangdut, Jazz, R&B, Reggae, sampai dengan musik klasik memiliki tempat tersendiri dihati para penikmat musik.
Di Indonesia sendiri, aliran musik Jazz, Reggae dan R&B kini semakin diminati oleh masyarakat, terutama kaum muda. Tidak sedikit dari insan musik Indonesia yang memilih jalur musik ini. Sebut saja Tompi yang beraliran Jazz, Dewi Sandra dengan R&B nya dan Steven & Coconuttreez dengan Reggae mereka.

Pop Nggak ada Matinya

Meskipun masyarakat disuguhkan dengan berbagai aliran musik, namun musik pop tetap menjadi primadona di Indonesia.
Salah satu faktor adalah musik pop sudah akrab di telinga masyarakat, sehingga dari dulu sampai sekarang musik ini tidak pernah ditinggalkan. Terlihat dari banyaknya penyanyi dan band-band baru maupun penyanyi dan band lama yang mengusung lagu-lagu jenis ini.
Penikmat musik ini pun beragam mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua. Pop memang nggak ada matinya.

Jazz Mulai Dilirik

Musisi seperti Indra Lesmana dan Andien, dikenal sebagai pelantun musik-musik Jazz. Pada tahun 2003 Indra Lesmana sempat membawakan soundtrack film rumah ketujuh, namun tidak banyak masyarakat yang tau musik ini.
Di tahun 2005, musik Jazz mulai dilirik semenjak Java Jazz digelar di Indonesia. Ditambah lagi album yang bertajuk “T” dari Tompi yang mengusung lagu-lagu Jazz laku dipasaran. Musik jazz semakin diperhatikan.

Bagaimana Dengan Dangdut??

Meskipun banyak orang yang memandang musik dangdut dengan sebelah mata, namun musik dangdut masih menjadi perhatian. Lirik-lirik lagu dalam musik dangdut pun sekarang mulai variatif. Yang dulunya mendayu-biru, sekarang mulai “nakal”.
Sebut saya lagu “Bang SMS” yang laku di pasaran sampai terjadi perdebatan karena dianggap “mencontek” musik dari India. Sekarang “Kucing Garong”, yang terkesan jujur tapi nyakitin juga digemari banyak orang.


http://www.paniangwak.blogspot.com/
123qta@gmail.com